Lakon Dewa Ruci sering kita jumpai dalam karya Drs. H. Effendi Zarkasyi, dalam bukunya : Unsur Islam dalam Pewayangan; Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/Khotbah Agama Islan Pusat 1982/1983.
Masalah wayang ini, bagi masyarakat Jawa Barat, Tengah dan Timur, mempunyai corak dan bentuk tidak sama. Demikian pula dalam menyusun lakon-lakon. Bagi para pembawa Islam ke Jawa, yang dikenal “Wali songo”, wayang itu dipandang sebagai media dakwah yang efektif sekali. Bahkan para wali itu, berani beritihad, mereka mengubah dan menambah dan mengurangi mana yang perlu, sehingga menjadi lebih baik dan indah. Dikarangkan tembang dan lagu-lagu yang mengandung keislaman. Bentuk-bentuk baru itu sebenarnya menggambarkan watak kepribadian, peninggalan zaman kekuasaan Majapahit, yang jelas mengandung filsafat Hindu dan Budha.
Namun ketika kekuasaan Brawijaya, kebetulan mendapatkan permaisuri dari Campa, yang masih pernah bibi Raden Rahmat, ya Sunan Ampel Denta. Dan Islam sendiri sebagai Agama memang luwes, bicara kesejahteraan manusia (Kaaffatan linnas), lebih aman lagi kedudukan dan fungsi Islam.
Dewa Ruci
Dewa Ruci itu bermakna yang halus. Dewanya figur Werkudoro, ketika berguru ilmu kemanusiaan pada Panditu Durno. Dia berhasil bertemu Dewa Ruci yang dirasakan pribadinya yang sesungguhnya, setelah melalui dasar laut teduh. Werkudoro bertanya kepada Dewa Ruci, “Apakah aku cukup bisa masuk?” tanyanya penuh heran. Dijawab dengan ketawa, “Jangankan kamu, dunia ini seisinya bisa masuk.”
Jawabannya itu sebenarnya mengandung filsafat yang penting dipelajari. Bahwa jiwa atau perasaan, angan-angan, lebih cepat dari suara. Orangnya masih disini, tetapi pikiran dan angan-angannya sudah sampai di Mekkah Al Mukarromah.
Analisis
Mungkin timbul pertanyaan, mengapa Werkudoro bertanya kepada Pandito Durno yang terkenal pembohong ? Menurut analisis, figur Werkudoro itu, figur yang jujur. Percaya pada guru, tidak ada ceritanya guru keliru (digugu lan ditiru, Jawa)
Kalau para Wali Songo yang kenal ulet dan gigih itu, dalam mencapai cita-cita dan keinginan, justru kita yang masih ketinggalan zaman. Musim sekarang ini banyak orang ditipu oelh gemerlapnya dunia, sehingga menambah kesulitan sukar diatasi.
Berbagai Masalah
“Telah dihiasi manusia itu dengan kesukaan-kesukaan kepada benda-benda yang diingini, yaitu wanita dan anak-anak (keluarga), benda-benda yang gemerlap, dan begitu seterusnya. Begitulah keindahan kehidupan di dunia, Allah baginya adalah sebaik-baik tempat kembali.” (QS. Ali Imran(s.3):14)
Obatnmya: “Wa amma man khoofa marobbihi, wa nahan nafsa’anil hawa fa innal jahiima hiyal makwa.” Aritnya : “Adapun orang-orang yang takut kekuasaan Allah, dan dapat menahan hawa nafsunya, surgalah tempat tinggalnya.” (QS.An-Nazi’at”40-41)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar